.author-comments { background: #333333; border: 2px solid #666666; padding: 5px; }

Rabu, 27 April 2011

ZERO EMISSION HOUSE

JAKARTA, KAMIS - Memang, Jepang patut diacungi jempol. Paling tidak untuk konsep awal sebuah generasi baru rumah ramah lingkungan yang memadukan tradisi Jepang, teknologi serta pemikiran untuk berkontribusi dalam menangani pemanasan global. Jepang sudah bermimpi, rumah ini akan menjadi rumah masa depan yang peduli bumi. Semua energi dalam Zero Emission House yang digunakan untuk 'menghidupkan' rumah, berasal dari alam. Penerangan serta pendingin atau penghangat ruangan, misalnya, tak memerlukan listrik dari luar sehingga kita tidak perlu lagi membayar listrik dan menimbulkan pencemaran karena pembangkit yang menggunakan BBM. Konsep Zero Emission House ini diperkenalkan secara khusus kepada Indonesia melalui Indonesia-Japan Expo 2008 yang diselenggarakan oleh surat kabar nasional Kompas dan surat kabar Nikkei dari Jepang dari tanggal 1-9 November di JIexpo Kemayoran Jakarta. House yang dikembangkan oleh The New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) baru saja diluncurkan dalam KTT G8 di Hokkaido Toyaka medio tahun ini. NEDO baru membuat satu unit prototipe rumah ini di distrik Ibaraki. 
Dari alam dan ramah untuk alam

Energi yang menghidupkan rumah pun tak satupun yang memerlukan listrik dari luar. Semua diusahakan sendiri oleh sistem panel surya dan pembangkit listrik tenaga angin skala kecil. Energi matahari diserap oleh panel surya yang dipasang di atap. Lalu energi tersebut disimpan di baterai dan diolah menjadi listrik oleh power supply. Kapasitas penyimpanan baterai lithium mencapai 6.000 watt. "Jadi ketika seminggu tidak ada matahari, tetap ada tenaga cadangan," ujar salah satu penjaga stan NEDO. Namun, energi matahari bisa saja meredup berminggu-minggu ketika musim hujan atau dingin di Jepang. Hal itu tak masalah, karena rumah dapat memperoleh energi dari pembangkit listrik tenaga angin berbentuk baling-baling dengan sistem penyimpanan yang sama di baterai dan power supply.  "Hemat energi banget. Jadi kita nggak usah bayar listrik lagi deh di masa depan karena listriknya dari matahari. Matahari kan gratis," ujar penjaga stan tersebut kepada sejumlah siswa SDN Pondok Pinang 12 Pagi Jakarta Selatan yang berkunjung melihat miniatur rumah ramah lingkungan tersebut. Energi yang disimpan dan diolah menjadi listrik itu akhirnya mampu memanaskan air dan menghidupkan alat penerangan berteknologi OLED yang cahayanya mirip dengan cahaya alam. Jika cahaya bohlam hanya sekitar 10 persen dari cahaya alam. Teknologi OLED mencapai 70 persen. Selain itu, rumah ramah lingkungan nol emisi ini mengupayakan pula sistem pencahayaan mirror duct. Cahaya dari luar dimanfaatkan untuk penerangan ruangan pada siang hari. Tak hanya teknologi elektriknya, dari segi fisik, rumah ini dibangun dari semen daur ulang yang disebut Eco-cement. Mutu semen sisa pembakaran limbah sampah kota ini dinilai hampir sama dengan semen biasa. Material perabot rumahnya pun berasal dari bahan kayu sisa pembongkaran bangunan dan hasil penjarangan yang diolah dan direkatkan dengan lem ramah lingkungan dari tannin (di kulit kayu dan daun). Dindingnya pun dilengkapi dengan papan insulasi panas hibrida yang membuat panas terik matahari tidak berpengaruh terhadap suhu di dalam rumah. Teknologi ini membuat rumah tetap adem dan nyaman. 
(sumber: http://nasional.kompas.com/read/2008/11/06/13544593/Ini.Dia..Rumah.Impian.Tanpa.Listrik)
  
Dari semenjak aku mengenal Jepang, kira-kira mulai dari kelas satu SMA. Belajar tentang negeri sakura itu sangaaaat menyenangkan. Banyak hal dari Jepang yang menurut aku bisa untuk dijadikan pedoman, untuk bisa diteladani. Jepang merupakan salah satu negara Asia, sama seperti Indonesia. Akan tetapi teknologi  di Jepang sudah sangat patut untuk diacungi jempol. Kenapa? Sebab jepang adalah negara kecil, pernah hancur ketika dua kota besarnya Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu. Tapi dalam waktu singkat mereka bisa kembali bangkit dari keterpurukan tersebut, dengan sumber daya manusia yang lebih hebat dari sebelumnya. Mereka bisa menciptakan teknologi seperti aneka macam robot, menciptakan rumah tanpa listrik seperti di atas. Satu lagi yang membuat aku salut akan negara satu ini, mereka tetap mempertahankan budaya-budaya lokal yang menjadi identitas mereka. Mereka tetap melestarikan Kimono, Origami, dan beberapa acara kebuadayaan.  Bahkan dalam pembuatan rumah pun, mereka tetap menerapkan rumah gaya Jepang ( Yang pintunya bagus banget itu loooch...pengeeen) sebagai desain rumah mereka. Itulah kenapa Jepang merupakan salah satu negara yang menjadi mimpiku  untuk bisa aku menginjakkan kaki disana.  " I wanted to go to japan" :) amieeen
Menurut ku pemikiran akan pembuatan rumah “Zero Emission” tersebut sangatlah bagus dan menarik, mengingat dalam pembangunan rumah tersebut, berkonsep ramah lingkungan dan hemat energi. Apalagi setelah melihat beberapa tahun terakhir ini, permasalahan mengenai global warming sedang ngetren-ngetrennya di bahas di seluruh Negara-negara yang ada di dunia ini. Teknologi yang semakin maju dapat kita manfaatkan untuk menciptakan sebuah hunian yang nyaman, layak dan terjangkau. Hal tersebut dibuktikan, dalam artikel tersebut disebutkan bahwa energi yang digunakan untuk menghidupkan segala peralatan rumah tengga adalah energi matahari yang kita tahu bahwa sinar matahari selama ini kita dapatkan dari Tuhan, secara gratis dan Cuma-Cuma, tanpa biaya apapun. Selain itu bahan-bahan pembuatan rumah yang di dapat dari semen daur ulang dan bahan kayu sisa pembongkaran bangunan, dimana itu berarti kita juga menerapkan prinsip 3 R yang selama ini sering kita dengar di ajarkan di dalam beberapa mata kuliah perencanaan; Reduce,Reuse dan Recycle. Akan tetapi dibalik itu semua, masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang penemuan inilah yang menyebabkan mengapa sampai saat ini masih banyak orang yang belum sadar akan bahaya global warming. 
Dari membaca artikel tersebut, saya jadi ingat bahwa di Indonesia sendiri sedang melakukan upaya penghematan energi listrik dengan melakukan pemadaman bergilir di beberapa daerah, sebagai contohnya; di Yogyakarta beberapa hari terahkir ini yang sering mengalami mati lampu akibat program pemadaman bergilir tersebut. Sebenarnya Indonesia pun bisa kalo pemerintah berniat memgumpulkan potensi di negaranya sendiri untuk penemuan seperti itu,. Saya yakin bahwa di Indonesia banyak orang-orang  hebat yang bisa menciptakan rumah seperti orang-orang Jepang yang ramah lingkungan dan terjangkau, sesuai dengan potensi yang dimiliki negara kita ini. Dan yang paling penting dukungan dan sarana serta kerjasama dari berbagai pihaklah yang menentukan akan sukses atau tidaknya dari sebuah ide pembuatan rumah yang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Satu lagi, konsep pembuatan rumah tersebut memang merupakan ide yang  bagus dan konsep yang menarik apalagi kalo dikembangkan juga dengan konsep rumah adat Indonesia yang beragam. Kedepannya, saya berharap seluruh rakyat Indonesia, juga bisa berpikir dan bertindak seperti Negara Jepang. Agar pada akhirnya kita sadar bahwa kita ini hidup berdampingan dengan lingkungan. Kita tidak boleh merusaknya dan harus tetap menjaganya. Karena kalau kita menerapkan prinsip tersebut, lingkungan kita ini juga akan melakukan feed back atau timbale balik dengan memberikan manfaat-manfaat yang berguna bagi kelangsungan hidup kita sebagai manusia. Selain itu dengan adanya teknologi yang semakin maju, marilah kita ciptakan teknologi yang ramah lingkungan, bukan malah teknologi yang merusak lingkungan. Karena apabila lingkungan kita rusak, pada akhirnya kita sendirilah yang akan merasakan akibatnya. Lebih parahnya lagi apabila sekarang saja lingkungan yang kita huni ini telah rusak, bagaimana dengan nasib anak dan cucu kita kedepannya? Oleh karenanya seluruh penduduk di dunia, khususnya kita sebagai planner marilah kita tanamkan jiwa planner yang berteknologi dan berwawasan lingkungan.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih yaaa...baex buat yang uwda baca artikel terlebih buat yang kasih coment-coment di artikelku..ntar aq jajain perment dewh..sebagai tanda terimakasih...hhiii n maaph kalau artikelku ada salah-salah kata atau yang tidak berkenan di hati( kayak bikin makalah ajaa...hhhee)