.author-comments { background: #333333; border: 2px solid #666666; padding: 5px; }

Minggu, 01 Mei 2011

KAKEK PENJUAL GERABAH

Suatu hari, sekitar habis magrib disaat aku menebus resep ke apotik untuk bapak kosku yang sedang sakit, aku melihat seorang kakek-kakek penjual gerabah.  Kakek itu sering aku lihat saat aku berangkat kuliah. Dengan sepeda tuanya yang diberi keranjang di sisi kiri dan kanan untuk memuat barang-barang gerabahnya yang hendak dijual. Seorang kakek yang badannya kurus, kulitnya cokelat dan kering berkerut-kerut seperti orang tua pada umumnya. Kakek tersebut aku lihat sedang istirahat sejenak di pinggir jalan, mungkin karena kelelahan setelah sekian lama berjuang menjajakan dagangannya dari pagi hingga larut petang. Beliau istirahat di depan penjual Pecel lele yang saat itu sedang ramai dikunjungi para pemuda dan pemudi yang tampaknya berpasang-pasangan. Sungguh miris melihat kondisi tersebut. Para pemuda-pemudi itu asyik makan pecel lele yang mereka pesan dengan lahapnya, sementara di depan mereka duduk seorang kakek tua yang kelelahan karena seharian mengayuh sepedanya demi mencari sesuap nasi. Ingin aku memberikan sedikit uangku untuk beliau, tapi saat itu aku dalam posisi tidak membawa uang. Ya Allah…berikanlah risky yang banyak, lancar, halal dan barokah terhadap kakek tersebut. Perjuangannya begitu besar untuk menghidupi keluarganya. Kakek yang seharusnya jam segitu sudah istirahat dirumah, berkumpul bersama keluarganya, akan tetapi kondisinya masih dijalanan bersama dagangannya yang sepertinya tidak begitu laku.

Kadang aku merasa, hidup ini tidak adil. Perjuangan yang begitu besar, mulai dari mencari tanah liat, mengolahnya, dan menjadikannya sebuah kerajinan gerabah yang begitu indah, sampai ke dalam perjuanggan untuk menjajakannya, keliling dari satu tempat ke tempat lain, panasnya terik matahari tidak dihiraukan, panasnya aspal siang dan polusi kendaraan tidak beliau rasakan, dan beratnya kayuh sepedanya juga tidak beliau pedulikan. Tapi apa hasilnya? Gerabah celengan, pot, dan vas bunga itu tidak laku banyak. Sekarang ini jaman sudah modern, barang-barang seperti itu sudah kalah dengan bank, kalah dengan barang-barang cetakan dari plastic dan porselin yang kita impor dari China. Yang kita tahu lebih bagus, macam macan, lucu-lucu,  dan berwarna-warni.

Coba kita bandingkan, dengan mereka yang posisinya di atas,. Hanya dengan membubuhkan tinta pada selembar kertas saja, dengan menongolkan wajahnya dalam rapat-rapat, bahkan bias sambil tidur, sambil melihat gambar-gambar porno, di tempat yang bagus, mewah, bersih, ber AC. Bisa pergi studi bandinglah, plesirlah, wisata ato apalah keluar negeri dan jutaan uang sudah mengalir ke rekeningnya. Semua banyak yang terbalik. Warna-warni kehidupan dan itu semua adalah realita.

Dari sini aku bisa belajar. Jika kelak diantara kita sudah menjadi orang sukses. Ingat bahwa harta hanyalah titipanNya. Sebagian dari uang itu adalah hak mereka yang kekurangan. Jika posisimu di atas, ingatlah mereka yang ada di bawah dan jika posisimu di depan, ingatlah mereka yang ada di belakang. Bekerja dengan sungguh-sungguh, jangan selewengkan kepercayaan yang dipercayakan padamu, cari rizky yang halal dan  jangan segan-segan untuk memberi. Karena memberi itu tidak akan merugi. Jika kamu merasa hidupmu sangatlah sulit, susah, menyedihkan dan melarat. Cobalah kau buka matamu lebar-lebar. Masih banyak orang di luar sana yang hidupnya jauh lebih susah dan lebih berat dari kita. Tapi percayalah bahwa Tuhan itu maha adil....^^

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih yaaa...baex buat yang uwda baca artikel terlebih buat yang kasih coment-coment di artikelku..ntar aq jajain perment dewh..sebagai tanda terimakasih...hhiii n maaph kalau artikelku ada salah-salah kata atau yang tidak berkenan di hati( kayak bikin makalah ajaa...hhhee)